Minggu, 27 Februari 2011

The Story of a Tree (一棵树的故事)

Posted by In Little Angel at 23.22 0 comments




























Parents Lie ??

Posted by In Little Angel at 23.07 0 comments
Cerita bermula ketika masih kecil, sebut saja si Andi, terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, sang Orang Tua sering memberikan porsi nasinya untuk Andi. Sambil memindahkan nasi ke mangkuk Andi, Orang Tua berkata : “Makanlah nak, aku tidak lapar”. KEBOHONGAN Orang Tua YANG PERTAMA

Ketika Andi mulai tumbuh dewasa, Orang Tua yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, Orang Tua berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, Orang Tua memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu Andi memakan sup ikan itu, Orang Tua duduk disampingnya dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang Andi makan. Andi melihat Orang Tua seperti itu, hatinya tersentuh juga, lalu menggunakan sendok dan memberikannya kepada Orang Tua’nya. Tetapi sang Orang Tua dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan” . KEBOHONGAN Orang Tua YANG KEDUA

Sekarang Andi sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abangnya dan dia, Orang Tua pergi ke koperasi pembuatan kotak korek api untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel merk’nya, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, Andi bangun dari tempat tidurnya, melihat Orang Tua masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Andi berkata :”Ibu/bapak, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu/bapak masih harus kerja.” Orang Tua tersenyum dan berkata :”Cepatlah tidur nak, aku tidak capek”. KEBOHONGAN Orang Tua YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, Orang Tua meminta cuti kerja supaya dapat menemani Andi pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, Orang Tua yang tegar dan gigih menunggu Andi di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Orang Tua dengan segera menyambut Andi dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untuknya. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat Orang Tua yang dibanjiri peluh, Andi segera memberikan gelasnya untuk Orang Tuanya sambil menyuruhnya minum. Orang Tua berkata :”Minumlah nak, aku tidak haus!”. KEBOHONGAN Orang Tua YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah/ibu karena sakit, ayah/ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumah Andi pun membantu ayah/ibu baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan keluarga Andi yang begitu sengsara, seringkali menasehati ayah/ibu Andi untuk menikah lagi. Tetapi Orang Tua yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ayah/ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta”. KEBOHONGAN Orang Tua YANG KELIMA

Setelah Andi dan abangnya semua sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ayah/ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ayah/ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Abang Andi yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ayah/ibu, tetapi ayah/ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : “Saya punya duit” . KEBOHONGAN Orang Tua YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, Andi pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya Andi pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, Andi bermaksud membawa ayah/ibunya untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ayah/ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepada Andi “Aku tidak terbiasa”. KEBOHONGAN Orang Tua YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ayah/ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, Andi yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ayah/ibunda tercinta. Andi melihat ayah/ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ayah/Ibu yang keliatan sangat tua, menatap Andi dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ayah/ibu Andi sehingga ayah/ibunya terlihat lemah dan kurus kering. Andi sambil menatap ayah/ibunya sambil berlinang air mata. Hatinya perih, sakit sekali melihat ayah/ibunya dalam kondisi seperti ini. Tetapi ayah/ibu dengan tegarnya berkata : “Jangan menangis anakku,Aku tidak kesakitan” . KEBOHONGAN Orang Tua YANG KEDELAPAN
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibu Andi tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kali.

Once Upon a Time In.......

Posted by In Little Angel at 22.55 0 comments
Konon pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya.

Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si Anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si Ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini.

"Bu, kita sudah sampai", kata si Anak.

Ada perasaan sedih di hati si Anak. Entah kenapa dia tega melakukannya.

Si Ibu, dengan tatapan penuh kasih berkata, "Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang. Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan".

Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia.

Mungkin cerita di atas hanya dongeng. Tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang mirip cerita di atas. Banyak manula yang terabaikan, entah karena anak-anaknya sibuk bisnis, dll. Orang tua terpinggirkan, dan hidup kesepian hingga ajal tiba. Kadang hanya dimasukkan panti jompo, dan ditengok jikalau ada waktu saja.

Kiranya cerita di atas bisa membuka mata hati kita, untuk bisa mencintai orang tua dan manula. Mereka justru butuh perhatian lebih dari kita, di saat mereka menunggu waktu dipanggil Tuhan yang maha kuasa. Ingatlah perjuangan mereka pada waktu mereka muda, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, membekali kita hingga menjadi seperti sekarang ini.

Mom, i'm sorry

Posted by In Little Angel at 21.27 0 comments
Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi. Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati”
Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya. Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap. Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya”
Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan.
Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman. Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan. Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman tersebut Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya. Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba.
Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang.
Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya belum juga terdengar. Lonceng tidak berbunyi. Saat mereka semua sedang bingung, tiba-tiba dari tali lonceng itu mengalir darah segar. Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat.
Dengan jantung berdebar-debar, seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah tersebut. Tahukah apa yang terjadi?
Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng.
Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan itu. Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata ketika terbangun dari tidurnya di pagi-pagi buta, si ibu dengan susah payah memanjat ke atas lonceng dan mengikat dirinya di lonceng tersebut. Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari bunyi lonceng yang menandakan hukuman pancung anaknya dimulai.

Minggu, 20 Februari 2011

Semangkuk Mie Kuah

Posted by In Little Angel at 07.17 0 comments
Pendahuluan :
Ny. Hsu yang tinggal di Kao Hsiung, anak gadisnya pulang dari Amerika pada saat awal bulan Januari, dan membawa sebuah kisah nyata yang menggugah hati. Kisah yang terjadi pada malam Chu Si (malam menjelang Tahun Baru Imlek), berjumlah sebanyak 50 halaman lebih. Tokoh dalam cerita ini pada saat menceritakan kisahnya, mengharukan banyak orang Jepang. Cerita ini dinamakan ‘SEMANGKUK MIE KUAH’, diterjemahkan oleh Li Kuei Chuen.

Tanggal 31 bulan Desember lima belas tahun yang lalu, yang juga merupakan malam Chu Si, di sebuah jalan di kota Sapporo, Jepang, ada sebuah toko mie yang bernama ‘Pei Hai Thing’ (Pei = Utara; Hai = Laut; Thing = Kios, toko).
Makan mie pada malam Chu Si, adalah adat istiadat turun temurun dari orang Jepang, pada hari itu pemasukan toko mie sangatlah baik, tidak terkecuali ‘Pei Hai Thing’, hampir sehari penuh dengan tamu pengunjung, tetapi setelah jam 22.00 ke atas sudah tidak ada pengunjung yang datang lagi.
Pada saat biasanya jalan yang sangat ramai hingga waktu subuh --- karena pada hari itu semua orang terburu-buru pulang rumah untuk merayakan Tahun Baru --- sehingga dengan cepat menjadi sunyi dan tenang.
Majikan dari toko mie ‘Pei Hai Thing’ adalah seseorang yang jujur dan polos, istrinya adalah seorang yang ramah tamah dan melayani orang penuh dengan kehangatan.
Saat tamu terakhir pada malam Chu Si itu telah keluar dari toko mie, dan pada saat sang istri tengah bersiap untuk menutup toko, pintu toko itu sekali lagi terbuka, seorang wanita membawa dua orang anaknya berjalan masuk, kedua anak itu kira-kira berusia 6 tahun dan 10 tahun, mereka mengenakan baju olahraga baru yang serupa satu dengan yang lainnya, tetapi wanita tersebut malah memakai baju luar --- bercorak kotak --- yang telah usang. ‘Silakan duduk !’ Sang majikan mengucapkan salam, wanita itu berkata dengan takut-takut : ‘Bolehkah ... memesan semangkuk mie kuah ?’
Kedua anak di belakangnya saling memandang dengan tidak tenang. ‘Tentu ...... tentu boleh, silakan duduk di sini !’ Sang istri mengajak mereka ke meja nomor 2 di paling pinggir, lalu berteriak dengan keras ke arah dapur : ‘Semangkuk mie kuah !’ Sebenarnya jatah semangkuk untuk satu orang hanyalah satu ikat mie, sang majikan menambahkan lagi sebanyak setengah ikat, dan menyiapkannya dalam sebuah mangkuk besar penuh, hal ini tidak diketahui oleh sang istri dan tamunya itu.
Ibu dan anak bertiga mengelilingi semangkuk mie kuah tersebut dan menikmatinya dengan lezat, sambil makan, sambil berbicara dengan suara yang kecil, ‘Sangat enak sekali !’
Sang kakak berkata : ‘Ma, kamu juga coba-coba dong!’
Sang adik sambil berkata, dia menyumpit mie untuk menyuapi ibunya.
Tidak lama kemudian mie pun telah habis, setelah membayar 150 yen, ibu dan anak bertiga dengan serempak memuji dan menghaturkan terima kasih ‘Sangat lezat sekali, banyak terima kasih !’ serta membungkuk memberi hormat, lalu berjalan meninggalkan toko.

Setiap hari berlalu dengan sibuknya, tak terasa setahun pun berlalu. Dan tiba lagi pada tanggal 31 Desember, usaha dari ‘Pei Hai Thing’ masih tetap ramai, kesibukan pada malam Chu Si akhirnya selesai, telah lewat dari jam 22.00, sang istri majikan ketika tengah berjalan ke arah pintu untuk menutup toko, pintu itu lalu terbuka lagi dengan pelan, yang masuk ke dalam adalah seorang wanita parobaya sambil membawa dua orang anaknya. Sang istri ketika melihat baju luar bercorak kotak yang telah usang itu, dengan seketika teringat kembali tamu terakhir pada malam Chu Si tahun lalu.
‘Bolehkah ... membuatkan kami ... semangkuk mie kuah ?’ ‘Tentu, tentu, silakan duduk !’
Sang istri mengajak mereka ke meja nomor 2 yang pernah mereka duduk di tahun lalu, sambil berteriak dengan keras ‘Semangkuk mie kuah !’.
Sang majikan sambil menyahuti, sambil menyalakan api yang baru saja dipadamkan.
Istrinya dengan diam-diam berkata di samping telinga suami : ‘Ei, masak 3 mangkuk untuk mereka, boleh tidak ?’
‘Jangan, kalau demikian mereka bisa merasa tidak enak.’
Sang suami sambil menjawab, sambil menambahkan setengah ikat mie lagi ke dalam kuah yang mendidih.
Ibu dan anak bertiga mengelilingi semangkuk mie kuah itu sambil makan dan berbicara, percakapan itu juga terdengar sampai telinga suami istri pemilik toko.
‘Sangat wangi ... sangat hebat ... sangat nikmat !’
‘Tahun ini masih bisa menikmati mie dari Pei Hai Thing, sangatlah baik !’
‘Alangkah baiknya jika tahun depan masih bisa datang untuk makan di sini.’
Setelah selesai makan dan membayar 150 yen, ibu dan anak bertiga lalu berjalan meninggalkan Pei Hai Thing.
‘Terima kasih banyak ! Selamat bertahun baru.’
Memandang ibu dan anak yang berjalan pergi, suami istri pemilik toko berulang kali membicarakannya dengan cukup lama.

Malam Chu Si pada tahun ketiga, usaha dari ‘Pei Hai Thing’ tetap berjalan dengan sangat baik, sepasang suami istri saking sibuknya sampai tidak ada waktu untuk berbicara, tetapi setelah lewat pukul 21.30, kedua orang itu mulai berperasaan tidak tenang.
Jam 22.00 telah tiba, pegawai toko juga telah pulang setelah menerima ‘Hung Pao’ (Ang Pao), majikan toko dengan tergesa-gesa membalikkan setiap lembar daftar harga yang tergantung di dinding, daftar kenaikan harga ‘Mie Kuah 200 yen semangkuk’ sejak musim panas tahun ini, ditulis ulang menjadi 150 yen. Di atas meja nomor 2, sang istri pada saat 3 menit yang lalu telah meletakkan kartu tanda ‘Telah dipesan’.
Sepertinya ada maksud untuk menunggu orang yang akan tiba setelah seluruh tamu telah pergi meninggalkan toko, setelah lewat jam 22.00, ibu dengan dua orang anak ini akhirnya muncul kembali.
Sang kakak memakai seragam SMP, sang adik mengenakan jaket --- yang kelihatan agak kebesaran --- yang dipakai kakaknya tahun lalu, kedua anak ini telah tumbuh dewasa, sang ibu masih tetap memakai baju luar bercorak kotak usang yang telah luntur warnanya.
‘Silakan masuk ! Silakan masuk !’ Istri majikan toko menyambut dengan hangat.
Melihat istri majikan toko yang menyambut dengan senyum hangat, ibunda dua anak itu dengan takut-takut berkata :
‘Tolong ... tolong buatkan 2 mangkuk mie, bolehkah ?’
‘Baik, silakan duduk !’
Sang istri mengajak mereka ke meja nomor 2, dengan cepat menyembunyikan tanda ‘Telah Dipesan’ seakan-akan tak pernah diletakkan di sana, lalu berteriak ke arah dalam ‘2 mangkuk mie’.
Sang suami sambil menyahuti, sambil melempar 3 ikat mie ke dalam kuah yang mendidih.
Ibu dan anak sambil makan, sambil berbicara, kelihatannya sangat bergembira, sepasang suami istri yang berdiri di balik pintu dapur juga turut merasakan kegembiraan mereka.
‘Siao Chun dan kakak, mama hari ini ingin berterima kasih kepada kalian berdua !’ ‘Terima kasih !’
‘Mengapa ?’
‘Begini, kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan 8 orang terluka yang disebabkan oleh ayah kalian, pada setiap bulan dalam beberapa tahun ini haruslah menyerahkan uang sebesar 50,000 yen untuk menutupi bagian yang tak dapat dibayar oleh pihak asuransi.’
‘Ya, hal ini kami tahu !’ Sang kakak menjawab.
Istri pemilik toko dengan tak bergerak mendengarkan.
‘Yang pada mulanya harus membayar hingga bulan Maret tahun depan, telah terlunasi pada hari ini !’
‘Oh, mama, benarkah ?’
‘Ya, benar, karena kakak mengantar koran dengan rajin, Siao Chun membantu untuk beli sayur dan masak nasi, sehingga mama bisa bekerja dengan hati yang tenang. Perusahaan memberikan bonus spesial kepada saya karena tidak pernah absen kerja, sehingga hari ini dapat melunasi seluruh bagian yang tersisa.’
‘Ma ! Kakak ! Alangkah baiknya, tapi kelak tetap biarkan Siao Chun yang menyiapkan makan malam.’
‘Saya juga ingin terus mengantar koran.’
‘Terima kasih kepada kalian kakak beradik, benar-benar terima kasih !’
‘Siao Chun dan saya ada sebuah rahasia, dan terus tidak memberitahu mama, itu adalah ... pada sebuah hari Minggu di bulan November, sekolah Siao Chun menghubungi wali murid untuk hadir melihat program bimbingan belajar dari sekolah, guru dari Siao Chun secara khusus menambahkan sepucuk surat, yang mengatakan sebuah karangan Siao Chun telah dipilih sebagai wakil seluruh ‘Pei Hai Tao (Hokkaido)’, untuk mengikuti lomba mengarang seluruh negeri. Hari itu saya mewakili mama untuk menghadirinya.’
‘Benar ada hal ini ? Lalu ?’
‘Tema yang diberikan guru adalah ‘Cita-Citaku (Wo Te Ce Yuen)’, Siao Chun dengan karangan bertema semangkuk mie kuah, dipersilakan untuk membacanya di hadapan para hadirin.’
‘Isi dari karangan itu menuliskan, ayah mengalami kecelakaan lalu lintas, dan meninggalkan hutang yang banyak; demi untuk membayar hutang, mama bekerja keras dari pagi hingga malam, sampai hal saya mengantar koran juga ditulis oleh Siao Chun.’
‘Masih ada, pada malam tanggal 31 Desember, kami bertiga ibu dan anak bersama-sama memakan semangkuk mie kuah, sangatlah lezat ... 3 orang hanya memesan semangkuk mie kuah, sang pemilik toko, yaitu paman dan istrinya malah masih mengucapkan terima kasih kepada kami, serta mengucapkan selamat bertahun baru kepada kami ! Suara itu sepertinya sedang memberikan dorongan semangat untuk kami untuk tegar menjalani hidup, secepatnya melunasi hutang dari ayah.’
‘Oleh karena itu, Siao Chun memutuskan untuk membuka toko mie setelah dewasa nanti, untuk menjadi pemilik toko mie nomor 1 di Jepang, juga ingin memberikan dorongan semangat kepada setiap pengunjung ! Semoga kalian berbahagia ! Terima kasih !’
Sepasang pemilik toko yang terus berdiri di balik pintu dapur mendengarkan pembicaraan mereka mendadak tak terlihat lagi, ternyata mereka sedang berjongkok, selembar handuk masing-masing memegang ujungnya, berusaha keras untuk menghapus air mata yang tak hentinya mengalir keluar.
‘Selesai membaca karangan, guru berkata: Kakak Siao Chun telah mewakili ibunya datang ke sini, silakan naik ke atas menyampaikan beberapa patah kata.’
‘Sungguhkah ? Lalu kamu bagaimana ?’
‘Karena terlalu mendadak, saat mulai tidak tahu harus mengucapkan apa baiknya, saya lantas mengucapkan terima kasih kepada semua orang atas perhatian dan kasih sayang terhadap Siao Chun, adik saya setiap hari harus membeli sayur menyiapkan makan malam, sering kali harus terburu-buru pulang dari kegiatan berkelompok, tentu mendatangkan banyak kesulitan bagi semua orang, tadi pada saat adik saya membacakan ‘Semangkuk mie kuah’, saya sempat merasa malu, tetapi sewaktu melihat adik saya dengan dada tegap dan suara yang lantang menyelesaikan membaca krangan, merasa perasaan malu itulah yang benar-benar memalukan.’
‘Beberapa tahun ini, keberanian mama yang hanya memesan semangkuk mie kuah, kami kakak beradik tidak akan pernah melupakannya ... kami berdua pasti akan giat dan rajin, merawat ibu dengan baik, hari ini dan seterusnya masih meminta tolong kepada para hadirin untuk memperhatikan adik saya.’ Ibu dan anak bertiga secara diam-diam saling memegang tangan dengan erat, saling menepuk bahu, menikmati mie tahun baru dengan perasaan yang lebih berbahagia dibanding tahun sebelumnya, membayar 300 yen dan mengucapkan terima kasih, lalu memberikan hormat dan meninggalkan toko mie.
Majikan toko seperti sedang menutup tahun yang lama, dengan suara yang keras mengucapkan ‘Terima kasih ! Selamat Tahun Baru !’

Setahun pun berlalu lagi, toko mie Pei Hai Thing juga meletakkan tanda ‘Telah Dipesan’ sambil menunggu, tetapi ibu dan anak bertiga tidak muncul.
Tahun kedua, tahun ketiga, meja nomor 2 tetap kosong, ibu dan kedua anaknya tetap tidak muncul.
Usaha dari Pei Hai Thing semakin bagus, dalam tokonya pun telah direnovasi, meja dan kursinya telah diganti dengan yang baru, hanya meja nomor 2 itulah masih tetap pada aslinya.
Banyak tamu pengunjung merasa heran, istri majikan lantas menceritakan kisah semangkuk mie kuah kepada para pengunjung. Meja nomor 2 itu lantas menjadi ‘Meja Keberuntungan’, setiap pengunjung menyampaikan kisah ini kepada yang lainnya, ada banyak pelajar yang merasa ingin tahu, datang dari kejauhan demi untuk melihat meja tersebut dan menikmati mie kuah, semua orang umumnya ingin duduk di meja tersebut.

Lalu setelah melewati malam Chu Si beberapa tahun ini, para pemilik toko di sekitar Pei Hai Thing, setelah menutup toko pada malam Chu Si, umumnya akan mengajak keluarganya menikmati mie di Pei Hai Thing.
Sering berkumpul sebanyak 30 hingga 40 orang, sangatlah ramai. Ini telah merupakan hal yang biasa dalam 5~6 tahun terakhir ini. Semua orang telah mengetahui asal dari meja nomor 2, meski mulut tidak berbicara, tapi dalam hati berpikir ‘Meja yang telah dipesan pada malam Chu Si’ di tahun ini kemungkinan akan sekali lagi dengan meja dan kursi yang kosong menyambut datangnya tahun baru.
Hari ini, semua orang sekali lagi berkumpul pada malam Chu Si, ada orang yang memakan mie, ada yang minum arak, semuanya berkumpul seperti sebuah keluarga.
Setelah lewat pukul 22.00, pintu dengan tiba-tiba ... terbuka kembali, semua orang yang berada di dalam langsung menghentikan pembicaraan, seluruh pandangan mata tertuju ke arah pintu yang terbuka itu.

Dua orang remaja yang berpakaian stelan jas yang rapi dengan baju luar di tangan, berjalan melangkah masuk.
Semua orang menghembuskan napas lega. Saat istri majikan ingin mengatakan meja makan telah penuh dan memberitahu tamu tersebut, ada seorang wanita berpakaian kimono berjalan masuk, berdiri di tengah kedua remaja tersebut.
Seluruh orang yang berada dalam toko menahan napas mendengar wanita berpakaian kimono tersebut dengan perlahan mengatakan :
‘Tolong ... tolong ... mie kuah ... untuk jatah 3 orang, bolehkah ?’
Belasan tahun telah berlalu, sang istri majikan toko seketika berusaha keras untuk mengingat kembali gambaran ibu muda dengan dua orang anaknya pada 14 tahun yang lalu.
Sang suami di balik dapur juga termenung. Seorang di antara ibu dan anak tersebut menatap sang istri yang tengah salah tingkah tersebut dan mengatakan : ‘Kami bertiga ibu dan anak, pada 14 tahun yang lalu pernah memesan semangkuk mie kuah di malam Chu Si, mendapatkan dorongan semangat dari semangkuk mie tersebut, kami ibu dan anak bertiga baru dapat menjalani hidup dengan tegar.’
‘Lalu kami pindah ke kabupaten (Ce He) tinggal di rumah nenek, saya telah melewati ujian jurusan kedokteran dan praktek di rumah sakit Universitas Kyoto bagian penyakit anak-anak, bulan April tahun depan akan praktek di rumah sakit kota Sapporo.’
‘Sesuai dengan tatakrama, kami datang mengunjungi rumah sakit ini terlebih dahulu, sekalian sembahyang di makam ayah, setelah berdiskusi dengan adik saya yang --- pernah berpikir untuk menjadi majikan toko mie nomor 1 tapi belum tercapai --- sekarang bekerja di Bank Kyoto, kami mempunyai sebuah rencana yang istimewa ... yaitu pada malam Chu Si tahun ini, kami bertiga ibu dan anak akan mengunjung Pei Hai Thing di Sapporo, memesan 3 mangkuk mie kuah Pei Hai Thing.’
Sang istri majikan akhirnya pulih ingatannya, menepuk bahu sang suami sambil berkata : ‘Selamat datang ! Silakan... Ei ! Meja nomor 2, tiga mangkuk mie kuah.’

Rose for Mom

Posted by In Little Angel at 06.48 0 comments
Seorang pria berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada sang ibu yang tinggal jauh 250 km darinya. Begitu keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiri trotoar jalan sambil menangis tersedu-sedu. Pria itu menanyainya kenapa dan dijawab oleh gadis kecil, "Saya ingin membeli setangkai bunga mawar merah untuk ibu saya. Tapi saya cuma punya uang lima ratus saja, sedangkan harga mawar itu seribu."

Pria itu tersenyum dan berkata, "Ayo ikut, aku akan membelikanmu bunga yang kau mau." Kemudian ia membelikan gadis kecil itu setangkai mawar merah, sekaligus memesankan karangan bunga untuk dikirimkan ke ibunya.

Ketika selesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjak gembira, katanya, "Ya tentu saja. Maukah anda mengantarkan ke tempat ibu saya?"

Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan gadis kecil itu, yaitu pemakaman umum, dimana lalu gadis kecil itu meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah.

Melihat hal ini, hati pria itu menjadi trenyuh dan teringat sesuatu. Bergegas, ia kembali menuju ke toko bunga tadi dan membatalkan kirimannya. Ia mengambil karangan bunga yang dipesannya dan mengendarai sendiri kendaraannya sejauh 250 km menuju rumah ibunya.

Sang Ayah

Posted by In Little Angel at 06.20 0 comments
Seorang pemuda sebentar lagi akan di-wisuda, sebentar lagi dia akan  menjadi seorang sarjana, akhir dari jerih payah-nya selama beberapa tahun di bangku pendidikan.
Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford.
Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Dia yakin, karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia yakin banget nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu. Dia pun berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya. Bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan ke teman-temannya.
Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya. Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan betapa dia mencintai anaknya itu.Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,... bukan sebuah kunci!! Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya.
dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Alkitab yang bersampulkan kulit asli, di kulit itu terukir indah namanya dengan tinta emas. Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, "yaahh... Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan alkitab ini untukku ?" Lalu dia membanting Alkitab itu dan lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu.

Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses.
Dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang terpandang. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan dikelilingi istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas. Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa kasihnya pada anak itu.

Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam. Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta pening galannya.

Saat melangkah masuk ke rumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal di situ. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelek terhadap ayahnya. Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang di rumah itu. Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia menemukan Alkitab itu, masih terbungkus dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu. Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut Alkitab itu, dan mulai membuka halamannya. Di halaman pertama Alkitab itu, dia membaca tulisan tangan ayahnya,
"Dan kamu yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anakmu, bagaimana Bapa-mu yang di sorga akan memberikan apa yang kamu minta kepada-Nya?"
Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang Alkitab itu. Dia memungutnya,.... sebuah kunci mobil!!
Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan!! Dia membuka halaman terakhir Alkitab itu, dan menemukan di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu.

Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu.
Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok ke dalam. Bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga.
Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk di samping mobil itu, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak mungkin diobati.

Cinta Seorang Ibu

Posted by In Little Angel at 06.16 0 comments
"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya.
 
Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!
Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke Rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh."

Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan,"Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" 
Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.
 
Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter.
Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka.
Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah.
 
Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya."

Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk
mengetahui semua rahasia ini."

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru
saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah ...
bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorangpun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya
bukan?"

Renungan :
Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat.
Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.

Dengan Satu Gelas Susu

Posted by In Little Angel at 05.55 0 comments
Suatu hari seorang bocah perempuan miskin sedang berjualan dari rumah ke rumah demi membiayai sekolahnya. Ia merasa lapar dan haus, tapi sayangnya ia hanya mempunyai sedikit sekali uang.
Anak itu memutuskan untuk meminta makanan dari rumah terdekat. Tetapi, saat seorang gadis muda membukakan pintu, ia kehilangan keberaniannya.

Akhirnya ia hanya meminta segelas air putih untuk menawarkan dahaga. Gadis muda itu berpikir pastilah anak ini merasa lapar, maka dibawakannyalah segelas besar susu untuk anak tersebut. Ia meminumnya perlahan, kemudian bertanya, "Berapa saya berhutang kepada anda?"

"Kamu tidak berhutang apapun kepada saya," jawabnya. "Ibuku mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk perbuatan baik yang kami lakukan."

Anak itu menjawab, "Kalau begitu, saya hanya bisa mengucapkan terima kasih dari lubuk hati saya yang terdalam."

Saat Howard Kelly bocah kecil yang miskin itu meninggalkan rumah tersebut, dia bukan hanya merasa badannya lebih segar, tetapi keyakinannya pada Tuhan dan sesama manusia menjadi lebih kuat. Sebelumnya dia sudah merasa putus asa dan hampir menyerah.

Tahun demi tahun berlalu. Suatu hari ada seorang wanita muda mengalami sakit parah. Dokter yang menanganinya merasa bingung dan akhirnya mengirim wanita itu ke kota besar untuk mendapatkan pertolongan spesialis.

Dr. Howard Kelly dipanggil untuk berkonsultasi. Ketika ia mendengar nama kota tempat asal si pasien, ia segera pergi ke kamar tempat dimana wanita tersebut di rawat. Ia langsung mengenali wanita tersebut dan memutuskan untuk melakukan hal terbaik yang bisa ia usahakan untuk menolongnya. Sejak hari itu, ia memberikan perhatian khusus pada kasus ini. Setelah melewati perjuangan panjang, peperangan-pun dapat dimenangkan.

Dr. Kelly dipanggil oleh pihak administrasi untuk menandatangani kuitansi biaya yang harus dibayarkan oleh si wanita kepadanya. Ia melihat kepada kuitansi tersebut, dan kemudian menuliskan sesuatu. Kuintansi tersebut lalu dikirim ke kamar perawatan si wanita. Wanita tersebut merasa takut untuk membukanya, karena ia merasa yakin bahwa ia tidak akan mampu membayarnya. Akhirnya dengan menguatkan hati, ia melihat ke kuintansi tersebut. Sebuah tulisan pada kuitansi telah menarik perhatiannya.

Ia membaca tulisan itu :
"TELAH DIBAYAR PENUH DENGAN SATU GELAS SUSU."

Tertanda,
Dr. Howard Kelly.

Air mata mengalir dari matanya saat hatinya yang bahagia mengucapkan doa dan pujian.

Kamis, 17 Februari 2011

Daftar Kekurangan ??

Posted by In Little Angel at 09.08 0 comments
Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah.
Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan  menikmati hari yang berbahagia tersebut.
Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan  bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya,
"Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan" katanya sambil menyodorkan majalah tersebut.

"Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia..."

Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untu kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.

Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya.
"Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri.
Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman. Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir.
"Maaf, apakah aku harus berhenti ?" tanyanya.
"Oh tidak, lanjutkan." jawab suaminya.

Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia "Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu".

Dengan suara perlahan suaminya berkata "Aku tidak mencatat sesuatu pun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satu pun dari pribadimu yang kudapatkan kurang.."

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya. Ia menunduk dan menangis...

Moral Cerita : Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa di kecewakan, depressi, dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan.

Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling kita ?
Kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk.

Love Story from China

Posted by In Little Angel at 08.29 0 comments
 Sebuah kisah cinta yang baru-baru ini keluar dari China dan langsung menyentuh seisi dunia. Kisah ini adalah kisah seorang laki-laki dan seorang wanita yang lebih tua, yang melarikan diri untuk hidup bersama dan saling mengasihi dalam kedamaian selama setengah abad. Laki-laki China berusia 70 tahun yang telah memahat 6000 anak tangga dengan tangannya (hand carved) untuk isterinya yang berusia 80 tahun itu, meninggal dunia di dalam goa yang selama 50 tahun terakhir menjadi tempat tinggal mereka.
50 tahun yang lalu, Liu Guojiang, pemuda 19 tahun, jatuh cinta pada seorang janda 29 tahun bernama Xu Chaoqin.
Seperti pada kisah Romeo dan Juliet karangan Shakespeare, teman-teman dan kerabat mereka mencela hubungan mereka karena perbedaan usia di antara mereka dan kenyataan bahwa Xu sudah punya beberapa anak.
Pada waktu itu tidak bisa diterima dan dianggap tidak bermoral bila seorang pemuda mencintai wanita yang lebih tua. Untuk menghindari gossip murahan dan celaan dari lingkungannya, pasangan ini memutuskan untuk melarikan diri dan tinggal di sebuah goa di Desa Jiangjin, di sebelah selatan Chong Qing.
Pada mulanya kehidupan mereka sangat menyedihkan karena tidak punya apa-apa, tidak ada listrik atau pun makanan. Mereka harus makan rumput-rumputan dan akar-akaran yang mereka temukan di gunung itu. Dan Liu membuat sebuah lampu minyak tanah untuk menerangi hidup mereka. Xu selalu merasa bahwa ia telah mengikat Liu dan Xu berulang-kali bertanya,"Apakah kau menyesal?" Liu selalu menjawab, "Selama kita rajin, kehidupan ini akan menjadi lebih baik".
Setelah 2 tahun mereka tinggal di gunung itu, Liu mulai memahat anak-anak tangga agar isterimya dapat turun gunung dengan mudah. Dan ini berlangsung terus selama 50 tahun. Setengah abad kemudian, di tahun 2001, sekelompok pengembara (adventurers) melakukan explorasi ke hutan itu. Mereka terheran-heran menemukan pasangan usia lanjut itu dan juga 6000 anak tangga yang telah dibuat Liu.
Liu Ming Sheng, satu dari 7 orang anak mereka mengatakan, "Orang tuaku sangat saling mengasihi, mereka hidup menyendiri selama lebih dari 50 tahun dan tak pernah berpisah sehari pun. Selama itu ayah telah memahat 6000 anak tangga itu untuk menyenangkan hati ibuku, walau pun ia tidak terlalu sering turun gunung.
Pasangan ini hidup dalam damai selama lebih dari 50 tahun. Suatu hari Liu yang sudah berusia 72 tahun pingsan ketika pulang dari ladangnya. Xu duduk dan berdoa bersama suaminya sampai Liu akhirnya meninggal dalam pelukannya. Karena sangat mencintai isterinya, genggaman Liu sangat sukar dilepaskan dari tangan Xu, isterinya.
"Kau telah berjanji akan menjagaku dan akan terus bersamaku sampai aku meninggal, sekarang kau telah mendahuluiku, bagaimana aku dapat hidup tanpamu?" Selama beberapa hari Xu terus-menerus mengulangi kalimat ini sambil meraba peti jenasah suaminya dan dengan air mata yang membasahi pipinya.
Pada tahun 2006 kisah ini menjadi salah satu dari 10 kisah cinta yang terkenal di China, yang dikumpulkan oleh majalah Chinese Women Weekly. Pemerintah telah memutuskan untuk melestarikan "anak tangga cinta" itu, dan tempat kediaman mereka telah dijadikan museum agar kisah cinta ini dapat terus hidup.

Rabu, 16 Februari 2011

Model Rambut dan Poni Sesuai Bentuk Wajahmu

Posted by In Little Angel at 04.49 4 comments
Bingung untuk menentukan model rambut jenis apa yang sesuai dengan bentuk wajahmu??
Disini ada beberapa tips yang semoga bermanfaat.
Terlebih dahulu, kenali bentuk wajah anda.
Kemudian tentukan model rambut yang sesuai denganmu.
SEMOGA BERMANFAAT dan SELAMAT BERKREASI...........


 WAJAH OVAL
Rambut : Panjang wajah 1.5 kali lebar dahi. Bentuk wajah ini adalah yang paling ideal. Untuk tipe ini potongan rambut apa pun akan tampak sesuai, karena cocok dengan berbagai potongan rambut, panjang maupun pendek. Yang perlu diperhatikan adalah bentuk hidung dan lebar dahi. Hindari belahan rambut di tengah bila bentuk hidung besar dan samarkan dengan poni yang tebal untuk dahi yang lebar. Untuk menyeimbangkan bentuk wajah, coba potongan layer yang dimulai dari dekat tulang pipi. Pilihlah yang bisa menutupi kekurangan, membuat bentuk wajah menjadi lebih proporsional serta menonjolkan kelebihan pada wajah Anda.
Poni : Wajah oval sempurna untuk hampir seluruh model poni, misalnya gaya long fringe atau full frontal untuk penampilan yang lebih fun dan menawan.
Selebriti : Kate Winslet

WAJAH BULAT
Rambut : Bentuk wajah bulat lebih pendek dan memiliki pipi tembem. Pilih potongan rambut yang lembut (soft cuts). Feathered styles, potongan rambut berlayer. Atau potongan rambut dengan gaya bob bertingkat, untuk memberi kesan panjang dan ramping. Pada potongan rambut pendek usahakan untuk menutupi bagian pipi yang bulat. Dapat juga potongan layer yang menutupi sisi wajah. Gaya potongan yang bersusun bisa membuat pipi terlihat sedikit lebih tirus sehingga memberi ilusi wajah lebih oval. Hindari potongan rambut super pendek yang akan membuat wajah terlihat semakin bulat dan lebar.
Poni : hindari poni yang tebal dan dipotong rata membingkai bagian atas wajah (blunt bang), karena akan membuat wajah terlihat lebih pendek dan bulat. Sebaiknya, pilih model poni panjang yang disisir menyamping atau disibakkan di kedua sisi, untuk membuat wajah terkesan lebih panjang.
Selebriti : Cameron Diaz

WAJAH PERSEGI
Rambut : Bentuk wajah ini memiliki tulang rahang yang berbentuk kotak. Bentuk rahang itu membuat wajah terlihat lebih keras. Lebar dahi, tulang pipi dan rahang seimbang sehingga terbentuk seperti kotak atau persegi. Pilih potongan rambut yang lembut agak bergelombang untuk menutupi bagian dagu. Hindari potongan rambut bergaya geometris, kecuali jika memang sengaja ingin menonjolkan kekuatan rahang anda. Hindari belahan rambut di tengah. Hindari potongan rambut dengan pinggiran cenderung berat atau lebat. Sebaiknya hindari potongan rambut yang kaku dan jangan selipkan rambut di belakang telinga. Pilih potongan dengan bagian depan rambut menutupi pipi dan rahang. Itu bisa menyamarkan rahang yang kotak sehingga terlihat lebih lembut.
Poni : Poni yang terkesan ringan dan lembut paling cocok bagi mereka yang memiliki wajah kotak atau persegi. Bentuk rahang yang keras dapat diperhalus dengan menyisir poni ke arah samping. Minta penata rambut untuk memotong poni Anda dengan cara menyisirnya ke samping dan memotong dalam sudut tertentu. Berikan tekstur pada ujung-ujung poni untuk memberikan kesan yang lebih lembut.
Selebriti : Gwyneth Paltrow

BENTUK WAJAH HATI 
Rambut : Ciri bentuk wajah ini adalah dahi lebar, tulang pipi tinggi serta bentuk dagu meruncing. Pilih belahan rambut dan poni menyamping untuk mengalihkan perhatian dahi ke daerah mata. Hindari panjang rambut sedagu karena akan membuat wajah terlihat semakin runcing ke bawah. Pilihlah berbagai potongan rambut yang membuat penuh bagian rahang. Beri efek keriting pada bagian ujung rambut. Lupakan gaya bob atau potongan superpendek. Potongan itu akan membuat dagu Anda pakin terlihat runcing.
Poni : Tulang pipi yang tinggi dan sempurna harus dipamerkan. Sisir poni ke samping dan potong tipis di bawah tulang pipi untuk menonjolkan keindahan wajah. Jangan memotong poni lebih pendek dari tulang pipi karena akan membuat titik fokus berpindah ke area dahi.
Selebriti : Christina Ricci

WAJAH SEGITIGA 
Rambut : Bentuk wajah segitiga berarti wajah bagian atas lebih sempit lalu melebar ke bawah hingga terbentuk seperti segitiga. Pilih potongan rambut yang simpel, dengan bagian rahang yang penuh. Potongan rambut keriting atau bergelombang dapat menjadi alternatif bagi wajah segi tiga. 
Poni : Bagian poni dapat ditata dengan lebih tinggi.
Selebriti : Victoria Beckham

Selasa, 15 Februari 2011

Wisdom in Life

Posted by In Little Angel at 22.49 0 comments
Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah dilihat orang, begitu gagah, anggun dan kuat.

Orang-orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak : "Kuda ini bukan kuda bagi saya", katanya : "Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat ?" Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi ia tidak menjual kuda itu.

Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya. "Orang tua bodoh", mereka mengejek dia : "Sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kudamu. Kami peringatkan bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu miskin... Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga ? Sebaiknya anda menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun akan dibayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh kemalangan".

Orang tua itu menjawab : "Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak, bagaimana Anda dapat ketahui itu ? Bagaimana Anda dapat menghakimi ?". Orang-orang desa itu protes : "Jangan menggambarkan kami sebagai orang bodoh! Mungkin kami bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak di perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan".

Orang tua itu berbicara lagi : "Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan.Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti ?" Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol; kalau tidak, ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya. Uang yangia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol. Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan : "Orang tua, kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami".

Jawab orang itu : "Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu bahwa ini adalah berkat ? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai ? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku ? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan ? Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasar! kan satu halaman atau satu kata.Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu. Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu".

"Barangkali orang tua itu benar," mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.

Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai. "Kamu benar", kata mereka : "Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar.
Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu... Sekarang kamu lebih miskin lagi. Orangua itu berbicara lagi : "Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan ? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong".Maka terjadilah dua minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia terluka. Sekali lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka tidak akan melihat anak-anak mereka kembali. "Kamu benar, orang tua", mereka menangis : "Tuhan tahu, kamu benar. Ini
buktinya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya".

Orang tua itu berbicara lagi : "Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik
kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini : anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu".

Moral cerita :
Orang tua itu benar. Kita hanya tahu sepotong dari
seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian
hidup ini hanya merupakan satu halaman dari buku
besar. Kita jangan terlalu cepat menarik kesimpulan.
Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai
kehidupan sampai kita ketahui seluruh cerita.
 

In Little Angel Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting