Rabu, 12 Oktober 2011

Bentuk Tubuhmu ^^

Posted by In Little Angel at 06.21 1 comments


Salah satu alasan bahwa semua wanita cantik adalah karena wanita hadir dengan berbagai bentuk dan ukuran tubuh. Tidak ada seorang wanita pun yang sama persis dengan yang lainnya, setiap wanita adalah unik dan spesial. Setiap wanita juga ingin tampil sebaik mungkin. Salah satu caranya adalah dengan memakai pakaian yang dapat membuat diri terlihat sempurna sesuai ukuran dan bentuk tubuh. Semua wanita itu cantik. Jadi tidak hanya foto model, aktris, atau penyanyi saja yang cantik. 
Berikut adalah tips memilih pakaian sesuai dengan bentuk tubuh:

Bentuk Tubuh seperti Apel (Apple Shaped)
1. Untuk Anda yang memiliki bentuk tubuh seperti apel, belilah blouse yang ukurannya pas di payudara.  Pakailah atasan yang sesuai dengan bentuk tubuh. Pilih jaket yang memiliki kerah panjang.
2. Hindari atasan dengan bentuk empire-waist dan turtlenecks. Atasan dengan kerah berbentuk V biasanya akan cocok. Cobalah memakai warna-warna terang dan cerah untuk kemeja dan blouse.
3. Pakailah celana atau rok yang berwarna gelap. Untuk menyembunyikan berat badan yang berlebih di bagian tengah, pakailah celana atau rok di atas lingkar pinggang. Belilah celana dengan bagian kaki yang lebar (wide-legged).
Bentuk Tubuh seperti Buah Pear (Pear Shaped)
1. Bagi Anda yang memiliki tubuh berbentuk seperti buah pear, memakai atasan atau blouse yang berwarna hitam akan membuat tubuh terlihat lebih ramping.

2. Anda juga bisa mencoba t-shirt atau atasan tanpa lengan. Eksperimen dengan penampilan yang berbeda akan menarik perhatian orang-orang pada tubuh bagian atas.
3. Kenakan atasan dengan berbagai warna dan pola atau memakai atasan yang berleher lebar. Gaun dan rok harus jatuh di atas lulut Anda. Hindari pakaian yang ketat.
4. Celana low-rise adalah pilihan yang cocok untuk wanita yang berbentuk seperti buah pear. Hindari celana dengan kantong di samping karena hanya akan memberikan penekanan pada pinggul. Celana lebar atau potongan boot akan menghindarkan perhatian orang dari pinggul Anda.
Plus Size
1. Untuk Anda yang memiliki ukuran tubuh besar, gunakan pakaian yang pas di badan. Pakaian yang terlalu besar hanya akan membuat Anda terlihat lebih besar.
Carilah atasan dan blouse yang memiliki detail pada leher untuk menarik perhatian orang pada wajah Anda.
2. Baju yang berpola akan baik-baik saja selama sesuai dengan ukuran tubuh. Cobalah pola garis-garis vertikal yang proporsional dengan ukuran tubuh agar perhatian cenderung ke atas dan ke bawah, bukan ke arah samping.
3. Pilihlah pakaian yang senada. Semua pakaian harus lentur. Carilah bagian terkecil dari pinggang Anda, dan tekanlah atau ikat bagian tersebut dengan menggunakan ikat pinggang.
Boyish Figure
1. Belilah baby doll blouse dan gaun dengan ruffles dan detail di sekitar payudara Anda. Berikan perhatian pada bahu, leher, dan wajah dengan mengunakan spaghetti straps dan tank top.
2. Gunakan pakaian yang membentuk pinggang Anda. Berkesperimenlah dengan berbagai jenis ikat pinggang. Warna-warni, tekstur, danberbagai pola akan tampak bagus untuk Anda.
3. Carilah pakaian yang akan membuat Anda terlihat lebih tinggi. Hindari t-shirts dan cropped tops. Rok akan terlihat sangat bagus pada wanita dengan boyish figure. Hindari celana potongan boot dan jeans, pakailah celana dengan potongan kaki yang lurus.

2 Orang Pengembara dan Seekor Beruang

Posted by In Little Angel at 06.10 0 comments

Dua orang berjalan mengembara bersama-sama melalui sebuah hutan yang lebat. Saat itu tiba-tiba seekor beruang yang sangat besar keluar dari semak-semak di dekat mereka.
Salah satu pengembara, hanya memikirkan keselamatannya dan tidak menghiraukan temannya, memanjat ke sebuah pohon yang berada dekat dengannya.
Pengembara yang lain, merasa tidak dapat melawan beruang yang sangat besar itu sendirian, melemparkan dirinya ke tanah dan berbaring diam-diam, seolah-olah dia telah meninggal. Dia sering mendengar bahwa beruang tidak akan menyentuh hewan atau orang yang telah meninggal.
Temannya yang berada di pohon tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang berbaring. Entah hal ini benar atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat kepalanya, dan kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal, beruang tersebutpun berjalan pergi.
Pengembara yang berada di atas pohon kemudian turun dari persembunyiannya.
"Kelihatannya seolah-olah beruang itu membisikkan sesuatu di telingamu," katanya. "Apa yang di katakan oleh beruang itu"
"Beruang itu berkata," kata pengembara yang berbaring tadi, "Tidak bijaksana berjalan bersama-sama dan berteman dengan seseorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang berada dalam bahaya."

Kemalangan dapat menguji sebuah persahabatan.

Jumat, 10 Juni 2011

Kisah Ikan Baracuda

Posted by In Little Angel at 23.38 0 comments
Seekor ikan Barracuda dimasukkan ke dalam sebuah akuarium berukuran sedang yang bagian tengahnya dipisahkan oleh sebuah kaca pembatas transparan.

Di sisi lain, ada banyak ikan kecil yang merupakan makanan kesukaan si Barracuda.

Ketika lapar, berkali-kali ikan Barracuda mencoba untuk memangsa ikan kecil tersebut, namun usahanya selalu sia-sia karena terbentur kaca pembatas transparan tadi.

Setelah berminggu-minggu mencoba & tetap tidak berhasil, si Barracuda menyerah dengan menerima kenyataan bahwa perburuan ikan kecil tersebut hanya mengakibatkan kesakitan pada hidung & mulutnya.

Setelah itu kaca pembatas transparan tadi diangkat. Apa yang terjadi ?

Si Barracuda tetap pada sisinya, tidak bergerak ke arah ikan kecil.

Rasa lapar mulai terasa hebat, akan tetapi si Barracuda sepertinya tidak berusaha sekali pun untuk memangsa ikan-ikan kecil tersebut lagi.

Akhirnya, ia pun mati kelaparan padahal makanan kesukaannya tepat berada di depan hidungnya.

Pesan cerita ini :
Pelajaran penting yg dapat disimpulkan & dapat kita ambil dari kisah Ikan Barracuda ini adalah bahwa: "Masa lalu kita tidak sama dengan masa yang akan datang"

Hellen Keller : "Ketika satu pintu tertutup, pintu lainnya terbuka. Tetapi kita seringkali mengamati pintu yang tertutup itu terlalu lama sehingga kita tidak melihat pintu lain yang terbuka”.

Korupsi ....

Posted by In Little Angel at 23.27 0 comments
Xiao Hongbo telah dihukum mati pekan lalu. Delapan orang pacarnya yang dibiayai dalam kehidupan mewah– mungkin hanya menangisi lelaki berusia 37 tahun. Tidak ada yang bisa membantunya.

Deputi manajer cabang Bank Konstruksi China, salah satu bank milik negara, di Dacheng, Provinsi Sichuan, itu dihukum mati karena korupsi. Xiao telah merugikan bank sebesar 4 juta yuan atau sekitar Rp 3,9 miliar sejak 1998 hingga 2001. Uang itu digunakan untuk membiayai kehidupan delapan pacarnya.

Xiao Hongbo satu di antara lebih dari empat ribu orang di Cina yang telah dihukum mati sejak 2001 karena terbukti melakukan kejahatan, termasuk korupsi. Angka empat ribu itu, menurut Amnesti Internasional (AI), jauh lebih kecil dari fakta sesungguhnya. AI mengutuk cara-cara Cina itu, yang mereka sebut sebagai suatu yang mengerikan. Tapi, bagi Perdana Menteri Zhu Rongji inilah jalan menyelamatkan Cina dari kehancuran. Ketika dilantik menjadi perdana menteri pada 1998, Zhu dengan lantang mengatakan, ”Berikan kepada saya seratus peti mati, sembilan puluh sembilan untuk koruptor, satu untuk saya jika saya melakukan hal yang sama.”

Zhu tidak main-main. Cheng Kejie, pejabat tinggi Partai Komunis Cina, dihukum mati karena menerima suap lima juta dolar AS. Tidak ada tawar-menawar. Permohonan banding wakil ketua Kongres Rakyat Nasional itu ditolak pengadilan. Bahkan istrinya, Li Ping, yang membantu suaminya meminta uang suap, dihukum penjara.

Wakil Gubernur Provinsi Jiangxi, Hu Chang-ging, pun tak luput dari peti mati. Hu terbukti menerima suap berupa mobil dan permata senilai Rp 5 miliar. Ratusan bahkan mungkin ribuan peti mati telah terisi, tidak hanya oleh para pejabat korup, tapi juga pengusaha, bahkan wartawan. Selama empat bulan pada 2003 lalu, 33.761 polisi dipecat. Mereka dipecat tidak hanya karena menerima suap, tapi juga berjudi, mabuk-mabukan, membawa senjata di luar tugas, dan kualitas di bawah standar.

Agaknya Zhu Rongji paham betul pepatah Cina: Bunuhlah seekor ayam untuk menakuti seribu ekor kera. Dan, sejak ayam-ayam dibunuh, kera-kera menjadi takut, kini pertumbuhan ekonomi Cina mencapai 9 persen per tahun dengan nilai pendapatan domestik bruto sebesar 1.000 dolar AS. Cadangan devisa mereka sudah mencapai 300 milyar dolar AS.

Sukses Cina itu, menurut guru besar Universitas Peking, Prof Kong Yuanzhi, karena Zhu serius memberantas korupsi. Perang terhadap korupsi diikuti dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Zhu mengeluarkan dana besar untuk pendidikan manajemen, mengirim ribuan siswa belajar ke luar negeri, dan juga mengundang pakar bisnis berbicara di Cina.
 
Apa yang dapat anda petik dari cerita diatas ?????????????????
 
Sumber = http://gemintang.com/kisah-sukses-motivasi-inspirasi/soal-korupsi-bangsa-ini-memerlukan-zhu/

Cerita Bijak dari Negeri Bambu

Posted by In Little Angel at 23.18 0 comments
 Pada jaman Tiongkok kuno, hiduplah seorang master Feng Shui.[1] Suatu hari ia melakukan sebuah perjalanan ke sebuah tempat yang terpencil. Setelah menaiki satu bukit ke bukit yang lain, dibawah terik matahari dan sulit mendapatkan air, ia benar-benar kecapekan dan kehausan.

Akhirnya ia dari kejauhan melihat sebuah bangunan yang hampir roboh dikelilingi tembok, dengan bergegas ia berlari ke bangunan tersebut dan mengetuk pintunya.

Setelah menunggu agak lama, seorang wanita tua membuka pintu. Langsung ia memohon sambil mengusap keringat yang bercucuran di keningnya karena tersengat matahari sepanjang hari, ”Nenek, bolehkah saya minta seteguk air untuk minum?” Wanita tua itu melihat wajah master Feng Shui yang penuh semangat, dan nadi leher yang tenggelam oleh panas matahari. “Tunggulah”, katanya, lalu ia membalikkan badannya, pergi perlahan meninggalkan Master Feng Shui itu tanpa mempersilahkan masuk.

Setengah hari telah berlalu, baru saja si Master Feng Shui itu telah hilang kesabarannya, wanita tua itu kembali dengan membawa semangkok air ditangannya. Segera saja Master Feng Shui itu meraih mangkok dari tangan nenek tua itu dan seketika hendak meneguk habis air dalam mangkok itu, namun ia menemukan beberapa sekam mengapung diatas air. Ia menjadi sangat marah, namun karena ia begitu haus, dengan enggan ia meniup sekam itu ke pinggir mangkok dan meminumnya dengan perlahan.

Ia berpikir: ”Orang tua ini sungguh sangat tidak ramah, dan juga pelit; ia bahkan tak memberiku semangkok air yang bersih. Biarlah, aku akan memberinya pelajaran…” Master Feng Shui memutuskan hatinya dengan bulat, dan berkata pada wanita tua itu: ”Nenek, terima kasih airnya, tetapi saya tak punya apapun untuk menggantinya. Saya adalah seorang master Feng Shui, bagaimana kalau saya memilihkan tempat pemakaman yang paling sesuai untuk nenek, sehingga dapat beristirahat dengan tenang bila kelak waktunya telah tiba.”

Wanita itu mengikuti master Feng Shui ke sebuah bukit yang terdekat, dan master itu mengeluarkan penunjuk arah Feng Shui nya. Setelah lama melakukan pengukuran dan pengamatan, akhirnya ia menggambar sebuah tanda silang di tanah dan berkata pada wanita tua itu,”Inilah tempat yang paling menguntungkan, nenek dapat beristirahat disini bila waktumu tiba.” “Bagus”, kata nenek menerima saran Master Feng Shui itu, dan berkata,”Anda sebaiknya lekas-lekas pergi sebentar lagi akan ada badai.”

Sepuluh tahun kemudian, si master Feng Shui itu melewati lagi tempat yang dulu ditunjuknya. Ia teringat wanita tua yang dulu ditemuinya serta tempat pemakaman yang ditunjuknya untuk wanita tua itu. Sebenarnya tempat yang dipilihkan dia merupakan sebuah tempat terlarang dan membawa sial. Dengan kata lain, ketika wanita tua itu dimakamkan disana, keluarga yang ditinggalkannya akan tertimpa malapetaka. Master Feng Shui itu telah sampai dilokasi pemakaman, dengan cepat ia mengenali batu nisan yang berdiri ditempat yang dulu ia pilihkan untuk pemakaman nenek tua itu.

Si Master Feng Shui itu melihat sekeliling dan mendapati bangunan rusak yang dulu dia lihat sudah tidak ada lagi disana, kemudian dia menuruni bukit itu, tempat yang dulu terpencil itu kini telah berubah menjadi sebuah kota kecil yang sibuk. Ia menuruni bukit dan mengetuk pintu rumah yang paling mewah dikota itu. Seorang anak muda membukakan pintu dengan hangat dan mempersilakannya masuk.

Master Feng Shui itu menanyakan bangunan yang telah rusak dan perihal nenek tua yang dulu ditemuinya. Pemuda itu dengan antusias bertanya:”Andakah master Feng Shui itu? Nenek meninggal sesaat anda pergi, dan mengatakan perihal anda sebelum meninggal. Dia bersikeras meminta untuk dikuburkan ditempat yang anda pilihkan, dia bilang karena anda telah memilihkan dengan susah payah.”

Pemuda itu membawakan semangkok air sambil berkata, ”Minumlah air ini dengan pelan-pelan, jangan meminumnya dengan tergesa-gesa, anda baru saja menempuh perjalanan jauh dibawah terik matahari. Itulah yang selalu nenek katakan. Saya berharap anda tidak marah seperti 10 tahun yang lalu ketika ia memberi anda air untuk diminum.

Nenek selalu menaruh beberapa butir sekam kedalam air setiap kali pengembara datang dan meminta air, agar orang tersebut tidak meminumnya dengan tergesa-gesa sehingga tidak membahayakan keselamatannya. Begitu mendengar perkataan ini, si Master Feng Shui ini hampir saja pingsan. Sungguh sangat disayangkan, sudah sangat terlambat untuk memperbaikinya.

Akan tetapi, melihat kehidupan keluarga ini demikian makmur, si Master Feng Shui ini tak habis pikir. Ia berkata pada dirinya sendiri,”Apakah aku telah melakukan kesalahan saat itu? Sungguh tidak mungkin.”

Dengan ditemani si pemuda itu, Master Feng Shui kembali mengunjungi lokasi pemakaman nenek tua itu. Ia mengeluarkan kompas Feng Shui nya, dan dengan cermat diukurnya berulang-ulang. “Mustahil, mustahil”, gumam Master Feng Shui itu yang semakin penasaran. Mungkinkah ini [2] “urat nadi naga” yang telah dia impikan selama bertahun-tahun? Pemuda itu lalu menceritakan peristiwa yang terjadi 10 tahun yang lalu. “Tak lama setelah anda pergi, tempat ini dihajar angin topan, hujan lebat terjadi selama 3 hari tanpa henti. Banjir bandang menghanyutkan semuanya termasuk bangunan yang rusak itu.”

“Ketika banjir telah surut, keluarga kami harus membangunnya mulai dari nol lagi. Seperti yang anda lihat, tempat asli dari bangunan tua itu sekarang telah berubah menjadi rumah yang paling menonjol. 10 tahun yang lalu, hanya ada beberapa rumah disini, sekarang tempat ini telah menjadi sebuah kota kecil yang indah, terimakasih untuk anda ….”

“Lama sebelum nenek saya meninggal, perlu dilakukan sesuatu untuk menemukan kembali lokasi yang telah anda pilihkan untuknya. Nenek bilang, keluarga kami akan menjadi sangat beruntung bila nenek dimakamkan dilokasi ini,” lanjut pemuda itu.

Sebenarnya perhitungan si Master Feng Shui ini sedikit pun tidak meleset, tempat dimana ia menggambar tanda silang benar-benar bukan tempat yang memberi keberuntungan. Akan tetapi, banjir telah merubah topografi disekitar tempat itu, dan merubahnya menjadi “urat nadi naga”.

Sebagaimana terdapat sebuah perkataan, ”Yang mendiami tanah penuh berkah adalah dia yang telah diberkahi dan begitu pula sebaliknya. Apa yang telah ditakdirkan untuk menjadi miliknya, maka dia akan mendapatkan apa yang patut dia dapatkan.
 
Catatan:
[1] Secara harfiah Feng Shui berarti “angin dan air”, dihitung berdasarkan bentuk dan ukuran dari topografi bumi, gunung, lembah dan aliran sungai, serta arah dan ketinggian yang tercipta oleh interaksi timbal balik kedua kekuatan alam ini. Ilmu perhitungan geografi bumi Tiongkok kuno ini telah berkembang menjadi ilmu praktik yang bercampur dengan kepercayaan mistis, astrologi, cerita-cerita rakyat serta pemahaman umum dalam mengatur penempatan dan orientasi ruang untuk mendapatkan keharmonisan dengan lingkungan sekitar.
[2] Urat Nadi Naga – menurut teori Feng Shui, garis energi yang terletak disisi rantai pegunungan disebut sebagai urat nadi naga, dan lokasi yang paling menguntungkan berada di akhir barisan pegunungan itu.

Kisah Ayah dan Burung Gagak

Posted by In Little Angel at 23.10 0 comments
 Pada suatu petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.
Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon berhampiran. Si ayah lalu menunjuk ke arah gagak tersebut sambil bertanya, “Nak, apakah itu?”
“Burung gagak”, jawab si anak.
Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama.
Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit kuat, “Itu burung gagak ayah!”
Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi soal yang sama. Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan persoalan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat, “BURUNG GAGAK!!”
Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada si ayah, “Gagak lah ayah…….!!”
Agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya soal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah.
“Ayah!!! Saya tak tahu ayah paham atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah bertanya hal tersebut dan saya juga sudah memberikan jawabannya. Apa lagi yang ayah mau dengar dari saya???? Itu burung gagak, burung ga ga gak ayah!” Kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Si ayah terus bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan. Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah buku harian lama.
“Coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam buku harian itu”, pinta si ayah. Si anak membaca paragraf yang berikut.”
“Hari ini aku sedang melamun di halaman, karena saat ini anakku genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, “Ayah, apa itu?” Dan aku menjawab, “burung gagak”
Walau bagaimana pun, anak ku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi cinta dan sayangku aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga.”
Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu.
Si ayah dengan perlahan bersuara, “Hari ini ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah hilang sabar serta marah.
Jagalah hati kedua orang tuamu, hormatilah mereka. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangimu di waktu kecil.

Kisah Tiga Orang Berjanggut

Posted by In Little Angel at 23.00 0 comments
 Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.

     Wanita itu berkata, " Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut. Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, " Apakah suamimu sudah pulang ? " Wanita itu menjawab, " Belum, dia sedang keluar. " Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali ", kata pria itu.

     Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, " Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini. Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam".

     "Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama ", kata pria itu hampir bersamaan. " Lho, kenapa ?" tanya wanita itu karena merasa heran. Salah seorang pria itu berkata, " Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, " Sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Cinta. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu?"

     Wanita itu kembali masuk ke dalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminyapun merasa heran. " Ohho ... menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan." Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, " Sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen kebun kita."

     Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. " Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Cinta yang masuk ke dalam ? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Cinta." Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. " Baiklah, ajak masuk si Cinta ini ke dalam. Dan malam ini, Si Cinta menjadi teman santap malam kita."

     Wanita itu kembali keluar, dan bertanya kepada 3 pria itu. " Siapa diantara Anda yang bernama Cinta ? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini." Si Cinta bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho .. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan " Aku hanya mengundang si Cinta yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga ?"
Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. " Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Cinta, maka, kemanapun Cinta pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Cinta, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta." 

" Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami buta. Dan hanya si Cinta yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini."

Minggu, 08 Mei 2011

View This Point!!

Posted by In Little Angel at 04.12 0 comments
Beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Semarang sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Di sampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan. 
”Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta?” tanya si pemuda.
“Oh… saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua”, jawab ibu itu.
”Wouw… hebat sekali putra ibu” pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.
Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya. 
”Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi, putra yang kedua ya bu??Bagaimana dengan kakak adik-adik nya??”
"Oh ya tentu ” si Ibu bercerita: ”Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat kerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang."
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh.
”Terus bagaimana dengan anak pertama ibu??”
Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ”anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak”.
Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.”
Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu….. kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani???"
Apakah kamu mau tahu jawabannya??????…
Please scroll….
.
.
.
.
…Please scroll
.
.
.
....Dengan tersenyum ibu itu menjawab,
”Ooo …tidak tidak begitu nak….Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani.”

Pelajaran Hari Ini: Semua orang di dunia ini penting. Buka matamu, pikiranmu, hatimu. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca buku itu sampai selesai. Orang bijak berbicara "Hal yang paling penting adalah bukanlah SIAPAKAH KAMU tetapi APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN"

ATLANTIS adalah INDONESIA????????

Posted by In Little Angel at 04.03 0 comments

Oleh Prof. Dr. H. PRIYATNA ABDURRASYID, Ph.D.

MUSIBAH alam beruntun dialami Indonesia. Mulai dari tsunami di Aceh hingga yang mutakhir semburan lumpur panas di Jawa Timur. Hal itu mengingatkan kita pada peristiwa serupa di wilayah yang dikenal sebagai Benua Atlantis. Apakah ada hubungan antara Indonesia dan Atlantis?

Plato (427 – 347 SM) menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis.

Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.

Konteks Indonesia
Bukan kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU no. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa negara Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut
Internasional 1982. Merujuk penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang.

Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang
meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.

Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.

Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan remote sensing, penginderaan
jauh, yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran semburan lumpur panas dari masa yang lampau.

Bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya.

Sumber: http://www.pikiran/- rakyat.com/ cetak/2006/ 102006/02/ 0902.htm

Kebesaran Jiwa Seorang Ibu

Posted by In Little Angel at 04.00 0 comments
Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, Dan sempat dipublikasikan lewat media cetak dan electronic.

Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewe2 yang kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah di promosikan ke posisi manager. Gaji-nya pun lumayan.


Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor. Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman2 kantor senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan cewe2 jomblo. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.


Dirumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit dibagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini betul2 seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be.


Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan rutin layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada anak satu2-nya A be. Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya. Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. “Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan.” jawab A be.


Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja Ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali).


Hal ini membuat A be jadi BT dan uring-uringan dirumah. Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari Ibunya, A be melihat sebuah box kecil. Didalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun.


Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa di bendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang Ibu-pun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. ”Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi”.


Setelah ibunya sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja kesupermarket. Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian kuli tinta (wartawan). Dan membawa kisah ini kedalam media cetak dan elektronik.

Kisah Pengorbanan Adik Terhadap Kakak

Posted by In Little Angel at 03.57 0 comments
Kisah ini mungkin saja terjadi dalam hidup anda..
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. “Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!” Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.

Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya! “

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!” Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.” Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat,tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik…hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya?

Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?” Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi,telah cukup membaca banyak buku.” Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!” Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.” Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.” Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) .

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!” Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?” Dia menjawab, tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu? ” Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu. ..” Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu.” Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.


Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.

“Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!” Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela
baru itu..” Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. “Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya. “Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan…”
Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.” Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?” Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. “Pikirkan kakak ipar–ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?”

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!” “Mengapa membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, “Kakakku.” Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya.”

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.”
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Selasa, 26 April 2011

RED ROSE

Posted by In Little Angel at 09.25 0 comments
Mawar merah adalah kecintaannya, nama orangnya sendiri juga "Mawar". Dan setiap tahun suaminya selalu mengirimkan mawar-mawar itu, diikat dengan pita indah. Pada tahun suaminya meninggal dia mendapat kiriman mawar lagi. Kartunya tertulis "Be My Valentine like all the years before".
Sebelumnya, setiap tahun suaminya mengirimkan mawar,dan kartunya selalu tertulis, "Aku mencintaimu lebih lagi tahun ini, kasihku selalu bertumbuh untukmu seturut waktu yang berlalu."
Dia tahu ini adalah terakhir kali suaminya mengirimkan mawar-mawar itu. Dia tahu suaminya memesan semua itu dengan bayar di muka sebelum hari pengiriman. Suaminya tidak tahu kalau dia akan meninggal. Dia selalu suka melakukan segala sesuatu sebelum waktunya. Sehingga ketika suaminya sangat sibuk sekalipun, segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik.
Lalu Mawar memotong batang mawar-mawar itu dan menempatkan semuanya dalam satu vas bunga yang sangat indah. Dan meletakkan vas cantik itu disebelah potret suaminya tercinta. Kemudian dia akan betah duduk berjam-jam dikursi kesayangan suaminya sambil memandangi potret suaminya dan bunga-bunga mawar itu.
Setahun telah lewat, dan itu adalah saat yang sangat sulit baginya. Dengan kesendiriannya dijalaninya semua. Sampai hari ini, Valentine ini...
Beberapa saat kemudian, bel pintu rumahnya berbunyi, seperti hari-hari Valentine sebelumnya. Ketika dibukanya, dilihatnya buket mawar di depan pintunya. Dibawanya masuk, dan tiba-tiba seakan terkejut melihatnya.
Kemudian dia langsung menelpon toko bunga itu. Ditanyakannya kenapa ada seseorang yang begitu kejam melakukan semua itu padanya, membuat dia teringat kepada suaminya.. dan itu sangat menyakitkan ...
Lalu pemilik toko itu menjawabnya, "Saya tahu kalau suami Nyonya telah meninggal lebih dari setahun yang lalu. Saya tahu anda akan menelpon dan ingin tahu mengapa semua ini terjadi. Begini Nyonya, bunga yang anda terima hari ini sudah di bayar di muka oleh suami anda. Suami anda selalu merencanakannya dulu dan rencana itu tidak akan berubah. Ada standing order di file saya, dan dia telah membayar semua, maka anda akan menerima bunga-bunga itu setiap tahun. Ada lagi yang harus anda ketahui, dia menulis surat special untuk anda, ditulisnya bertahun-tahun yang lalu, dimana harus saya kirimkan kepada anda satu tahun kemudian jika dia tidak muncul lagi di sini memesan bunga mawar untuk anda. Lalu, tahun kemarin, saya tidak temukan dia di sini, maka surat itu harus saya kirimkan setahun lagi, yaitu tahun ini, surat yang ada bersama dengan bunga itu sekarang, bersama dengan Nyonya saat ini."
Mawar mengucapkan terima kasih dan menutup telepon, dia langsung menuju ke buket bunga mawar itu, sedangkan air matanya terus menetes. Dengan tangan gemetar diambilnya surat itu Di dalam surat itu dilihatnya tulisan tangan suaminya menulis: 

"Dear kekasihku,
Aku tahu ini sudah setahun semenjak aku pergi. Aku harap tidak sulit bagimu untuk menghadapi semua ini. Kau tahu, semua cinta yang pernah kita jalani membuat segalanya indah bagiku, kau adalah istri yang sempurna bagiku. Kau juga adalah seorang teman dan kekasihku yang memberikan semua kebutuhanku.
Aku tahu ini baru setahun... tapi tolong jangan bersedih... Aku ingin kau selalu bahagia...
Walaupun saat kau hapus air matamu... Itulah mengapa mawar-mawar itu akan selalu dikirimkan kepadamu. Ketika kau terima mawar itu, ingatlah semua kebahagiaan kita, dan betapa kita begitu diberkati...
Aku selalu mengasihimu... dan aku tahu akan selalu mengasihimu...
Tapi... istriku, kau harus tetap berjalan... kau punya kehidupan... Cobalah untuk mencari kebahagiaan untuk dirimu. Aku tahu tidak akan mudah tapi pasti ada jalan. Bunga mawar itu akan selalu datang setiap tahun... dan hanya akan berhenti ketika pintu rumahmu tidak ada yang menjawab dan pengantar bunga berhenti mengetuk pintu rumahmu... Tapi kemudian dia akan datang 5 kali hari itu, takut kalau engkau sedang pergi... Tapi jika pada kedatangannya yang terakhir dia tetap tidak menemukanmu... Dia akan meletakkan bunga itu ke tempat yang ku suruh... meletakkan bunga-bunga mawar itu ditempat dimana kita berdua bersama lagi.. untuk selamanya... 

I LOVE YOU MORE THAN LAST YEAR,... HONEY..." 

Sometimes in life, you find a special friend;
Someone who changes your life just by being part of it;
Someone who makes you laugh until you can't stop;
Someone who makes you believe that there really is good in the world;
Someone who convinces you that there really is an unlocked door just waiting for you to open it.
This is Forever Friendship ...

Lebih Penting dari HADIAH

Posted by In Little Angel at 09.15 0 comments
Martha sedang sibuk dengan pekerjaannya. Dia yakin harus bekerja keras, karena ia mencintai ayahnya yang sedang sakit kanker. Dia harus membeli obat-oabatan yang mahal. Saudara-saudaranya yang lain tetap tinggal dengan ayah mereka hampir setiap saat. Mereka memandikannya, bernyanyi untuknya, menyuapi makan, ataupun sekedar menemani sang ayah.
Suatu hari Martha sakit hati. Dia mendengar sang ayah berkata kepada ibunya, "Semua anak-anak kita mencintaiku kecuali Martha". 
 "Bagaimana mungkin?", pikir Martha. "Bukankah aku yang bekerja mati-matian untuk mendapatkan uang guna membeli semua obat-obatan? Saudara-saudaraku bahkan tidak berbagi sebesar yang aku berikan". 

Suatu hari, Martha pulang larut malam seperti biasanya. Dia mengintip untuk pertama kalinya, ke dalam kamar di mana ayahnya berbaring. Dia melihat ayahnya masih terjaga, maka dia memutuskan untuk datang mendekat di samping tempat tidur ayahnya.
Ayahnya memegang kedua tangan Martha dan berkata, "Aku merindukanmu. Aku sudah tidak punya banyak waktu lagi. Tinggalah dan temani aku".
Dan itu yang ia lakukan, semalaman ia tinggal menemani ayahnya, berpegang, menggenggam tangannya. 

Pagi harinya martha berkata pada semua orang, "Aku mengambil cuti. Aku ingin menemani Ayah. Mulai saat ini aku akan memandikan dan bernyanyi untuknya".
Sebuah senyum bahagia muncul menghias wajah ayahnya. Kali ini ia tahu Martha mencintainya. 

Seorang anak kecil memerlukan kehadiran orang-orang yang kita cintai. Orang dewasa pun memerlukannya.

Sky and Sea

Posted by In Little Angel at 09.06 0 comments
Dahulu kala,langit dan laut saling jatuh cinta.
Mereka sama-sama saling menyukai 1 sama lain. Saking sukanya laut terhadap langit, warna laut = langit.
Saking sukanya langit terhadap laut, warna langit = laut.
Setiap senja datang, si laut dengan lembut sekali membisikkan "aku cinta padamu" ke telinga langit. Setiap langit mendengar bisikan penuh cinta laut pun, langit tidak menjawab apa2, hanya tersipu-sipu malu wajahnya semburat kemerahan.
Suatu hari, datang awan...
Begitu melihat kecantikan si langit, awan seketika itu juga jatuh hati terhadap langit. Tentu saja langit hanya mencintai laut, setiap hari hanya melihat laut saja. Awan sedih tapi tak putus asa, mencari cara dan akhirnya menemukan akal bulus. Awan mengembangkan dirinya sebesar mungkin dan menyusup ke tengah-tengah langit dan laut, menghalangi pandangan langit dan laut terhadap 1 sama lain.
Laut merasa marah karena tidak bisa melihat langit, sehingga dengan gelombangnya laut berusaha menyibak awan yang mengganggu pandangannya. Tapi, tentu saja, tidak berhasil.
Lalu datanglah angin yang sejak dulu mengetahui hubungan laut dan langit. Angin merasa harus membantu mereka menyingkirkan awan yang mengganggu. Dengan tiupan keras dan kuat, angin meniup awan. Awan terbagi-bagi menjadi banyak bagian, sehingga tidak bisa lagi melihat langit dengan jelas, tidak bisa lagi berusaha mengungkapkan perasaan terhadap langit. Sehingga ketika merasa tersiksa dengan perasaan cinta terhadap langit, awan menangis sedih.
Hingga sekarang, kasih antara langit dan laut tidak terpisahkan. Kita juga bisa melihat di mana mereka menjalin kasih. Setiap memandang ke ujung laut, di mana ada 1 garis antara laut dan langit, di situlah mereka sedang pacaran.

APPOINTMENT !!

Posted by In Little Angel at 08.56 0 comments
Jam enam kurang enam menit, kata jam bundar besar diatas meja informasi di Grand Central Station. Letnan Angkatan Darat bertubuh jangkung dan muda usia yang baru datang dari arah rel kereta mengangkat wajahnya yang terbakar matahari, dan matanya memicing untuk melihat waktu yang tepat. Jantungnya berdebar keras sehingga mengejutkannya karena ia tak dapat mengendalikannya. Enam menit lagi, ia akan bertemu dengan wanita yang telah mengisi tempat istimewa dalam hidupnya selama 13 bulan ini, wanita yang belum pernah ia lihat, tapi yang kata-kata tertulisnya telah menemaninya dan senantiasa menabahkan hatinya. Ia berdiri sedekat mungkin ke meja informasi, sedikit di luar lingkaran orang yang mengerumuni petugas. 

Letnan Blandford teringat suatu malam tertentu, saat pesawatnya terperangkap di tengah sekelompok kaum Zero. Ia melihat wajah salah seorang pilot musuh yang menyeringai. Dalam salah satu suratnya, ia mengakui pada sahabat penanya bahwa ia sering merasa takut, dan hanya beberapa hari sebelum pertempuran ini, ia menerima jawaban surat darinya: "Tentu saja kamu takut.. semua pria pemberani pun begitu. Bukankah Raja Daud juga mengenal takut? Karena itulah dia menulis Mazmur 23. Lain kali, saat kamu meragukan dirimu, aku ingin kamu mendengar suaraku membacakan ini untukmu "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku". Dan ia ingat; ia mendengar khayalan suaranya, dan suara itu memperbaharui kekuatan dan keterampilannya.
Sekarang ia akan mendengar suara aslinya. Pukul enam kurang empat. Wajahnya semakin tegang. Di bawah atap luas berbintang, orang berjalan bergegas, seperti benang-benang berwarna dianyam ke dalam jaring-jaring kelabu. Seorang gadis mendekatinya, dan Letnan Blandford tersentak. Gadis ini memakai sebuah bunga merah pada kelepak jasnya, tapi bunganya adalah bunga buncis merah, bukan mawar merah kecil yang sudah mereka sepakati. Lagipula, gadis itu terlalu muda, sekitar 18, sedangkan Hollis Meynell sudah sejujurnya mengatakan bahwa ia berumur 30.
"Memangnya kenapa?" ia menjawab waktu itu. "Aku 32." Padahal, usianya baru 29.
Pikirannya kembali pada buku-buku itu yang pasti ditaruh sendiri oleh Tuhan ke dalam tangannya dari antara ratusan buku perpustakaan Angkatan Darat yang dikirim ke kamp latihan Florida. Of Human Bondage, judulnya, dan di seluruh buku itu ada catatan yang ditulis dengan tulisan wanita. Ia selalu membenci kebiasaan mencoret-coret buku, tapi kata-kata ini berbeda. Ia tak pernah menyangka bahwa seorang wanita dapat memandang ke dalam hati seorang pria dengan begitu lembut, begitu pengertian. Namanya ada pada sampul: Hollis Meynell.

Ia mencari buku telepon New York City dan menemukan alamatnya. Ia menyuratinya, dan wanita itu membalas. Hari berikutmya ia dikirim pergi, tapi mereka melanjutkan surat-menyurat. Selama 13 bulan, wanita itu dengan setia membalas, dan lebih dari sekedar membalas. Saat surat si letnan tidak tiba, wanita itu tetap menulis dan sekarang si letnan yakin bahwa ia mencintai wanita itu dan wanita itu mencintainya.
Tapi, wanita itu menolak semua permintaannya untuk mengirimkan fotonya. Tentu saja hal tersebut kurang baik.

Tapi ia menjelaskan : "Kalau perasaanmu terhadapku sungguh-sungguh, berdasarkan ketulusan hati, wajahku tidak akan menjadi masalah. Misalnya aku memang cantik. Aku akan selalu dihantui perasaan bahwa kamu mengambil keputusan berdasarkan hal itu, dan cinta semacam itu membuatku jijik. Misalkan aku biasa-biasa saja (dan kamu harus mengakui bahwa ini lebih mungkin). Lalu aku akan selalu cemas bahwa kamu terus menyuratiku karena kamu kesepian dan tak punya orang lain. Jangan, jangan minta fotoku. Kalau kamu datang ke New York, kamu bisa menemuiku, lalu kamu dapat mengambil keputusan. Ingat, kita berdua bebas untuk menghentikan atau melanjutkan persahabatan kita-apa pun yang kita pilih."
Pukul enam kurang satu - hati Letnan blandford meloncat lebih tinggi dari yang pernah dilakukan pesawatnya. Seorang wanita muda melangkah ke arahnya. Tubuhnya tinggi dan ramping, rambut pirangnya mengikal dari telinganya yang indah. Matanya biru bagai bunga, bibir dan dagunya memiliki ketegasan yang lembut. Dalam pakaian hijau pucat, ia seperti penjelmaan masa musim semi. Ia melangkah ke arah wanita itu, benar-benar lupa melihat bahwa si wanita tidak memakai bunga mawar, dan saat ia bergerak, sebuah senyuman kecil menantang melengkungkan bibirnya.
"Awas tertabrak, bung?" gumannya. 

Dengan tak terkendalikan, ia melangkah selangkah mendekatinya. Lalu ia melihat Hollis Meynell. Wanita itu berdiri hampir tepat di belakang gadis tadi, seorang wanita berusia jauh di atas 40, rambutnya yang beruban dimasukkan di bawah topi tua. Tubuhnya lebih dari gemuk, pergelangan kakinya dijejalkan ke dalam sepatu hak rendah. Tapi, ia mengenakan mawar merah pada kelepak kusut jaket coklatnya. Gadis berpakaian hijau tadi telah bergegas pergi. Blandford merasa seakan terbelah dia, begitu kuat hasratnya untuk mengikuti si gadis, tapi begitu dalam kerinduaannya pada wanita yang jiwanya telah menemani dan menjunjung jiwanya; dan wanita itu berdiri di depannya. Wajahnya yang montok pucat terlihat lembut dan bijak; ia dapat melihatnya sekarang. Mata kelabunya berkelip hangat dan ramah.
Letnan Bladford tidak ragu-ragu. Jarinya mencengkeram buku kecil Of Human Bondage yang berkulit biru dan sudah usang, yang menjadi ciri-cirinya untuk si wanita. Ini tak akan menjadi cinta, tapi akan menjadi sesuatu yang berharga, sesuatu yang lebih langka daripada cinta-persahabatan yang telah dan selalu akan disyukuri olehnya. Ia menegakkan bahunya yang lebar, memberi hormat, dan menyodorkan buku itu pada si wanita, meskipun selagi ia bicara, ia merasa kaget oleh kepahitan rasa kecewanya.
"Saya Letnan John Blandford dan ibu... ibu adalah Bu Meynell. Saya senang kita bisa bertemu. Bolehkah... bolehkah saya mengajak Ibu makan malam?" 

Wajah wanita itu melebarkan senyuman sabar. "Ibu tak tahu ini masalah apa, nak," jawabnya. "wanita berbaju hijau - yang baru saja lewat - memohon Ibu mengenakan mawar ini pada baju ibu. Dan katanya, kalau kamu mengajak Ibu makan, Ibu harus memberi tahu, dia menunggumu di rumah makan besar di seberang jalan. Katanya ini semacam ujian. Ibu sendiri punya dua putra yang jadi tentara, jadi Ibu tak berkeberatan menolongmu.

Apa yang dapat kamu simpulkan dari cerita diatas ?????

Hadiah yang Sangat Berharga

Posted by In Little Angel at 08.26 0 comments
Para penumpang bus memandang penuh simpati ketika wanita muda berpenampilan menarik dan bertongkat putih itu dengan hati-hati menaiki tangga. Dia membayar sopir bus lalu, dengan tangan meraba-raba kursi, dia berjalan menyusuri lorong sampai menemukan kursi yang tadi dikatakan kosong oleh si sopir. Kemudian ia duduk, meletakkan tasnya dipangkuannya dan menyandarkan tongkatnya pada tungkainya.
Setahun sudah lewat sejak Susan, 34 tahun, menjadi buta. Gara-gara salah diagnosa dia kehilangan penglihatannya dan terlempar kedunia yang gelap gulita, penuh amarah, frustasi, dan rasa kasihan pada diri sendiri.
Sebagai wanita yang sangat independen, Susan merasa terkutuk oleh nasib mengerikan yang membuatnya kehilangan kemampuan, merasa tak berdaya, dan menjadi beban bagi semua orang di sekelilingnya.

"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku?" dia bertanya-tanya, hatinya mengeras karena marah. Tetapi, betapa pun seringnya ia menangis atau menggerutu atau berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu -- penglihatannya takkan pernah pulih lagi.
Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis. Mengisi waktu seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya frustasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark, suaminya. Mark seorang perwira Angkatan Udara. Dia mencintai Susan dengan tulus.
Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia melihat bagaimana Susan tenggelam dalam keputusasaan. Mark bertekat untuk membantunya menemukan kembali kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan untuk menjadi mandiri lagi.
Latar belakang militer Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat, tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah dihadapinya.
Akhirnya, Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa sampai ke kantornya? Dulu Susan biasa naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk pergi ke kota sendirian. Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari, meskipun tempat kerja mereka terletak di pinggir kota yang berseberangan. 

Mula-mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena bisa melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-hal paling sederhana sekalipun.
Tetapi, Mark segera menyadari bahwa pengaturan itu keliru -- membuat mereka terburu-buru, dan terlalu mahal. Susan harus belajar naik bus lagi, Mark menyimpulkan dalam hati. Tetapi, baru berpikir untuk menyampaikan rencana itu kepada Susan telah membuatnya merasa tidak enak. Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah.
Bagaimana reaksinya nanti? Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar gagasan untuk naik bus lagi.
"Aku buta!" tukasnya dengan pahit. "Bagaimana aku bisa tahu kemana aku pergi? Aku merasa kau akan meninggalkanku"
Mark sedih mendengar kata-kata itu, tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama Susan, selama masih diperlukan,sampai Susan hafal dan bisa pergi sendiri.
Dan itulah yang terjadi. Selama dua minggu penuh Mark, menggunakan seragam militer lengkap, mengawal Susan ke dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia mengajari Susan bagaimana menggantungkan diri pada indranya yang lain, terutama pendengarannya, untuk menemukan dimana ia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan sopir-sopir bus dan menyisakan satu kursi kosong untuknya. 

Dia membuat Susan tertawa, bahkan pada hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Susan tersandung waktu turun dari bus, atau menjatuhkan tasnya yang penuh berkas di lorong bus. Setiap pagi mereka berangkat bersama-sama, setelah itu Mark akan naik taksi ke kantornya.
Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama, Mark yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa dikawal. Mark percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu dikenalnya sebelum wanita itu kehilangan penglihatannya; wanita yang tidak pernah takut menghadapi tantangan apapun dan tidak akan pernah menyerah. 

Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu seorang diri.
Tibalah hari Senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark yang pernah menjadi kawannya satu bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya berkaca-kaca, penuh air mata syukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta Mark. Dia mengucapkan selamat berpisah. Untuk pertama kalinya mereka pergi ke arah yang berlawanan.
Senin, Selasa, Rabu, Kamis... Setiap hari dijalaninya dengan sempurna. Belum pernah Susan merasa sepuas itu. Dia berhasil ! Dia mampu berangkat kerja tanpa dikawal.
Pada hari Jum'at pagi, seperti biasa Susan naik bus ke tempat kerja. Ketika dia membayar ongkos bus sebelum turun, sopir bus itu berkata : "Wah,aku iri padamu".
Susan tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya atau tidak. Lagipula, siapa yang bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu berusaha menemukan keberanian untuk menjalani hidup?
Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir itu, "Kenapa kau bilang kau iri kepadaku?"
Sopir itu menjawab, "Kau pasti senang selalu dilindungi dan dijagai seperti itu"
Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia bertanya, "Apa maksudmu ?"
"Kau tahu, minggu kemarin, setiap pagi ada seorang pria tampan berseragam militer berdiri di sudut jalan dan mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia memastikan bahwa kau menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau masuk ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer, lalu pergi. Kau wanita yang beruntung", kata sopir itu. 

Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak dapat melihat Mark, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung, sangat beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang jauh lebih berharga daripada penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk menyakinkan diri -- hadiah cinta yang bisa menjadi penerang dimanapun ada kegelapan.
 

In Little Angel Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting